Langsung ke konten utama

Buya Ayahku

" The Greatest Gift I Ever Had came from God, And I call him Dad "


Bagiku sosok Ayah adalah seorang pahlawan yang cintanya nggak pernah bisa terbalaskan olehku. Ayah - Bapak - Papa - Buya cara memanggil beliau mungkin berbeda-beda, tapi di seluruh dunia beliau adalah orang yang sama. Beliau adalah sosok yang bersedia menguras keringat untuk menafkahi keluarganya. Kadang seorang Ayah tidak hanya menanggung beban terhadap Istri dan anak-anaknya saja, tetapi juga kedua orangtua yang sudah membesarkan beliau. Kekagumanku terhadap Ayah tidak bisa begitu saja digambarkan dengan kata-kata. Beliau adalah Guru Agama, Guru dalam menjalani hidup, tempat curhat, partner, tempatku mengadukan segala hal. Mulai dari hal sepele yang tidak penting,hingga permasalahan sekolah-kuliah .

 Beliau selalu memberikan solusi yang bisa membuat rengekan ku hilang. Papa selalu menanggapi ulahku dengan sabar. Ketika masih duduk di bangku SMA, aku sering mengeluhkan teman-teman yang curang dalam ujian ke Papa, Beliau selalu memberikan nasihat-nasihat bijak yang bisa membuatku menjadi lebih tenang. Walaupun aku mendatangi Papa dengan sikapku yang cengeng dan manja, Papa selalu menanggapinya dengan lembut. Walaupun Papaku adalah seorang yang berapi-api, setidaknya begitulah yang selama ini kulihat. Beliau adalah orang yang sangat bersemangat, terlebih dalam hal yang berhubungan dengan Agama. Bisa dibilang dari 100 obrolanku dengan Papa, 80 nya adalah membahas tentang agama dan akhirat. Papa tidak menanamkan rasa cinta dunia kepadaku dan karena itu aku semakin mengagumi beliau.


Daddy's Little Girl

Ketika masih kecil, di usia SD tidak pernah terfikir betapa sayangnya orangtua kita kepada kita. Setelah perlahan beranjak remaja, aku mulai berfikir bahwa di dunia ini ada malaikat tak bersayap yang benar-benar mencintai kita seperti apapun kita. Ada malaikat tak bersayap yang bersedia mengajarkan kita berbicara, berjalan tanpa meminta bayaran. Ada malaikat tak bersayap yang menuntun kita ke jalan yang diredhai Allah tanpa meminta balasan dari kita. Ada malaikat tak bersayap yang menangis untuk kita dalam suka duka dengan tulus. Mereka adalah orangtua kita, mereka tidak meminta kita untuk balas budi, hanya ingin kita menjadi orang yang hidup bahagia lalu sukses dunia dan akhirat.

Kadang terfikir, apa karena aku anak pertama dan usia yang terpaut 6 tahun dengan adikku yang menjadikan aku manja kepada Papa dan Mama. Tapi Papa dan Mama selalu berusaha memenuhi keinginanku walaupun terkadang itu tidak penting dan belum terlalu dibutuhkan untuk anak seusiaku. Teringat saat aku meminta sesuatu dan Papa belum bisa memberikan, aku mogok bicara kepada Beliau dan aku malah berdiam di kamar. Tetapi setelah itu apa? selang tidak beberapa lama, Papa memberikan apa yang aku minta. Atau ketika aku ngambek karena habis dimarahi Beliau setelah berebut chanel TV dengan saudariu yang lebih kecil, Beliau selalu berusaha membujukku dengan cara apapun agar aku kembali tersenyum.
Seiring berjalannya waktu,terkadang aku lupa beliau juga bertambah usia. Beliau selalu berusaha keras untuk keluarga, bukan hanya untuk aku , Mama dan adek-adek , tetapi juga untuk sanak famili dan orang-orang yang Allah titipkan rezekinya kepada Beliau. 

Kadang aku meledek rambut Beliau yang mulai memutih,tapi Beliau tetaplah Laki-laki terganteng yang tidak dapat kudeskripsikan cintaku padanya. Aku selalu bertanya-tanya kenapa rambut papa memutih terlalu cepat? Apa memikirkanku yang akan segera kuliah? disamping itu kedua adikku yang akan masuk SMP dan Khatam AlQur'an. Papa selalu tersenyum, dan aku selalu hafal posisi duduk beliau ketika sedang beristirahat di rumah. Berdampingan dengan Mama, duduk menonton TV seperti pasangan yang masih muda saja, begitu pikirku. Momen-momen itu adalah momen faforitku dari pasangan ter-so sweet ini.

Dulu aku sempat tidak percaya dengan over-rotektif nya seorang Ayah terhadap anak perempuannya. Tapi sekarang ketika flashback ke masa lalu aku bisa memahami semua tindakan Papa. Dan begitu harunya ketika mengingat beliau yang bahkan tidak bisa menatap take off nya pesawat dari Bandar Udara Internasional Minangkabau ketika aku Alhamdulillah melanjutkan kuliah ke luar pulau. Saat itu adalah terakhir kali beliau memelukku. Dan ketika kuliahku yang sudah berjalan, beliau tidak pernah lupa mengingatkan ku soal ibadah, makan dan menyemangati dalam segala urusanku. Beliau sangat sering menelpon, dalam seminggu bisa 3-5 hari ditelfon Papa selama minimal satu jam. Mama bilang, setiap pulang kerja Beliau selalu kebelet ingin nelfon.

Saat itulah aku selalu mengadukan segala yang kualami dalam perantauan. Dan Papa selalu tidak lupa mengingatkan bahwa tempat mengadu sejatinya adalah kepada Allah S.W.T dan beliau selalu menyirami hatiku agar tidak menjadi hati yang kotor. Beliau selalu men-charge ku menjadi lebih semangat dalam menghadapi segala permasalahan. Beliau selalu mengaitkan segala kegiatan di hidup ini dengan kampung akhirat, mungkin karena itukah Engkau rindu kepada beliau Ya Rabb? . Ampunilah segala dosa Almarhum Ya Allah, terimalah amal beliau dan jauhkanlah beliau dari segala siksa kubur dan siksa neraka, tempatkanlah Almarhum di dalam Jannah Mu Yaa Allah Yaa Rahman. Aamiin Yaa Rabbal 'Alamin.

 [Indah - Papa - Zahara] Khatam Al Qur'an 2004



Dari : Anakmu Buya yang lagi kangen :D

01/11/2014

Komentar

Posting Komentar